Rabu, 10 Juli 2013

"Apakah Yesus Anak Allah? Bagaimana mungkin Allah yang Esa dapat memiliki Anak?"

Jawaban: Sebagai Allah, Yesus disebut Anak 
Allah. Yesus dan BapaNya adalah satu dalam 
keillahian namun merupakan Pribadi yang 
berbeda dalam Trinitas. 
Satu Allah, Satu Tuhan 
Sebagai kaum monotheistik orang-orang 
Muslim, Kristen and Yahudi semuanya sepaham 
bahwa hanya ada satu Allah yang sejati. Yesus 
sendiri memegang monotheisme. Ketika ditanya 
apa yang merupakan perintah terbesar, Yesus 
menjawab, “ … Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa. 
Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap 
hatimu dan dengan segenap jiwamu dan 
dengan segenap akal budimu dan dengan 
segenap kekuatanmu.” (Markus 12:29-30). 
Rasul Paulus, pemimpin dari gereja mula-mula, 
juga mengajarkan monotheisme: “Tidak ada 
Allah lain dari pada Allah yang esa … yaitu 
Bapa, yang dari pada-Nya berasal segala 
sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup, dan 
satu Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus, yang 
oleh-Nya segala sesuatu telah dijadikan dan 
yang karena Dia kita hidup.” (1 Korintus 8:4-6) 
Sebagai pengikut-pengikut Yesus, orang-orang 
Kristen mula-mula lebih cenderung 
menggunakan istilah “Allah” untuk Dia yang 
disebut oleh Yesus sebagai “BapaKu dan 
Bapamu (Yohanes 20:17) dan gelar “Tuhan” 
untuk Yesus. Gelar ini mengindikasikan bahwa 
Yesus adalah Tuan dan Allah. 
Anak Allah 
Orang-orang Kristen percaya bahwa Yesus 
adalah Anak Allah. Jangan kuatir, Alkitab (yang 
dipuji oleh Qur’an dalam Sura 4:136) tidak 
mengajarkan adanya hubungan orangtua-anak 
antara Allah dan Maria. Pemahaman itu sama 
menghinanya bagi orang Kristen dan Islam. 
Sebaliknya konsep Kristus sebagai Anak Allah 
menunjukkan relasi antara keduanya dan sifat 
keallahan yang dimiliki keduanya. Pada saat 
kelahiran Isa, malaikat memberitahukan kepada 
anak dara Maria, "Salam, hai engkau yang 
dikaruniai, Tuhan menyertai engkau." Maria 
terkejut mendengar perkataan itu, lalu bertanya 
di dalam hatinya, apakah arti salam itu. Kata 
malaikat itu kepadanya: "Jangan takut, hai 
Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di 
hadapan Allah. Sesungguhnya engkau akan 
mengandung dan akan melahirkan seorang 
anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai 
Dia Yesus. Ia akan menjadi besar dan akan 
disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan 
Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya 
takhta Daud, bapa leluhur-Nya, dan Ia akan 
menjadi raja atas kaum keturunan Yakub 
sampai selama-lamanya dan Kerajaan-Nya 
tidak akan berkesudahan." Kata Maria kepada 
malaikat itu: "Bagaimana hal itu mungkin 
terjadi, karena aku belum bersuami?" Jawab 
malaikat itu kepadanya: "Roh Kudus akan turun 
atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan 
menaungi engkau; sebab itu anak yang akan 
kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak 
Allah.” (Lukas 1:26-35) 
Sebelumnya Allah telah berbicara kepada 
manusia melalui nabi-nabiNya, namun 
kemudian Dia mengirimkan Seseorang dari 
DiriNya sendiri. “Setelah pada zaman dahulu 
Allah berulang kali dan dalam pelbagai cara 
berbicara kepada nenek moyang kita dengan 
perantaraan nabi-nabi, maka pada zaman akhir 
ini Ia telah berbicara kepada kita dengan 
perantaraan Anak-Nya, yang telah Ia tetapkan 
sebagai yang berhak menerima segala yang 
ada. Oleh Dia Allah telah menjadikan alam 
semesta. Ia adalah cahaya kemuliaan Allah dan 
gambar wujud Allah dan menopang segala yang 
ada dengan firman-Nya yang penuh kekuasaan. 
Dan setelah Ia selesai mengadakan penyucian 
dosa, Ia duduk di sebelah kanan Yang 
Mahabesar, di tempat yang tinggi,” (Ibrani 
1:1-3) 
Yesus ini, yang datang untuk “membersihkan 
dosa” memiliki essensi yang persis sama 
dengan Allah, namun merupakan pribadi yang 
berbeda sebagai Anak Allah. Dia adalah alat 
yang melaluiNya Allah menciptakan alam 
semesta (Yohanes 1). Memiliki natur keAllahan 
yang sama, Yesus adalah satu dengan BapaNya 
dalam keallahan. 
Doktrin mengenai Yesus sebagai anak Allah 
tidaklah mudah untuk dimengerti, namun jelas- 
jelas diajarkan oleh Firman Allah. Siapakah kita 
yang membatasi Allah kepada pengertian kita 
sendiri? Allah telah mengungkapkan diriNya 
sebagai Allah yang menyatakan diri dalam tiga 
Pribadi, Bapa, Anak dan Roh. 
Kesaksian orang-orang bahwa Yesus itu Allah. 
Apakah Yesus benar-benar Anak Allah? Ketika 
orang-orang menyaksikan mujizat-mujizat, 
pengajaran, kematian dan kebangkitanNya, 
mereka percaya dan bersaksi bahwa Dia adalah 
Allah, “Dan kami telah melihat dan bersaksi, 
bahwa Bapa telah mengutus Anak-Nya menjadi 
Juruselamat dunia. Barangsiapa mengaku, 
bahwa Yesus adalah Anak Allah, Allah tetap 
berada di dalam dia dan dia di dalam Allah.” (1 
Yohanes 4:14-15) 
Pengikut-pengikut Yesus memberi kesaksian 
setelah dia menenangkan badai, “Lalu mereka 
naik ke perahu dan anginpun redalah. Dan 
orang-orang yang ada di perahu menyembah 
Dia, katanya: "Sesungguhnya Engkau Anak 
Allah."” (Matius 14:32-33). Petrus, murid Yesus 
bersaksi, “Setelah Yesus tiba di daerah Kaisarea 
Filipi, Ia bertanya kepada murid-murid-Nya: 
"Kata orang, siapakah Anak Manusia itu?" 
Jawab mereka: "Ada yang mengatakan: 
Yohanes Pembaptis, ada juga yang 
mengatakan: Elia dan ada pula yang 
mengatakan: Yeremia atau salah seorang dari 
para nabi." Lalu Yesus bertanya kepada 
mereka: "Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?" 
Maka jawab Simon Petrus: "Engkau adalah 
Mesias, Anak Allah yang hidup!" Kata Yesus 
kepadanya: "Berbahagialah engkau Simon bin 
Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan 
itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di 
sorga.” (Matius 16:13-17) 
Seorang wanita bersaksi, “Jawab Yesus: 
"Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa 
percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia 
sudah mati, dan setiap orang yang hidup dan 
yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati 
selama-lamanya. Percayakah engkau akan hal 
ini?" Jawab Marta: "Ya, Tuhan, aku percaya, 
bahwa Engkaulah Mesias, Anak Allah, Dia yang 
akan datang ke dalam dunia."” (Yohanes 
11:25-27). 
Perwira militer dan para tentara yang 
mengawal Yesus saat Dia mati di kayu salib 
bersaksi, “ Kepala pasukan dan prajurit-prajur 
itnya yang menjaga Yesus menjadi sangat takut 
ketika mereka melihat gempa bumi dan apa 
yang telah terjadi, lalu berkata: "Sungguh, Ia ini 
adalah Anak Allah."” (Matius 27:54). Setelah 
Allah membangkitkan Yesus dari antara orang 
mati, Thomas menyaksikan, “ Tetapi Tomas, 
seorang dari kedua belas murid itu, yang 
disebut Didimus, tidak ada bersama-sama 
mereka, ketika Yesus datang ke situ. Maka kata 
murid-murid yang lain itu kepadanya: "Kami 
telah melihat Tuhan!" Tetapi Tomas berkata 
kepada mereka: "Sebelum aku melihat bekas 
paku pada tangan-Nya dan sebelum aku 
mencucukkan jariku ke dalam bekas paku itu 
dan mencucukkan tanganku ke dalam lambung- 
Nya, sekali-kali aku tidak akan percaya." 
Delapan hari kemudian murid-murid Yesus 
berada kembali dalam rumah itu dan Tomas 
bersama-sama dengan mereka. Sementara 
pintu-pintu terkunci, Yesus datang dan Ia 
berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata: 
"Damai sejahtera bagi kamu!" Kemudian Ia 
berkata kepada Tomas: "Taruhlah jarimu di sini 
dan lihatlah tangan-Ku, ulurkanlah tanganmu 
dan cucukkan ke dalam lambung-Ku dan 
jangan engkau tidak percaya lagi, melainkan 
percayalah." Tomas menjawab Dia: "Ya 
Tuhanku dan Allahku!" Kata Yesus kepadanya: 
"Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau 
percaya. Berbahagialah mereka yang tidak 
melihat, namun percaya." Memang masih 
banyak tanda lain yang dibuat Yesus di depan 
mata murid-murid-Nya, yang tidak tercatat 
dalam kitab ini, tetapi semua yang tercantum 
di sini telah dicatat, supaya kamu percaya, 
bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan 
supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup 
dalam nama-Nya.” (Yohanes 20:24-31). 
Kesaksian Yesus sendiri 
Ketika beberapa orang Yahudi merencanakan 
untuk membunuh Yesus, Dia menyaksikan 
“Sebab itu orang-orang Yahudi lebih berusaha 
lagi untuk membunuh-Nya, bukan saja karena 
Ia meniadakan hari Sabat, tetapi juga karena Ia 
mengatakan bahwa Allah adalah Bapa-Nya 
sendiri dan dengan demikian menyamakan diri- 
Nya dengan Allah. Maka Yesus menjawab 
mereka, kata-Nya: "Aku berkata kepadamu, 
sesungguhnya Anak tidak dapat mengerjakan 
sesuatu dari diri-Nya sendiri, jikalau tidak Ia 
melihat Bapa mengerjakannya; sebab apa yang 
dikerjakan Bapa, itu juga yang dikerjakan Anak. 
Sebab Bapa mengasihi Anak dan Ia 
menunjukkan kepada-Nya segala sesuatu yang 
dikerjakan-Nya sendiri, bahkan Ia akan 
menunjukkan kepada-Nya pekerjaan-pekerjaan 
yang lebih besar lagi dari pada pekerjaan-peker 
jaan itu, sehingga kamu menjadi heran. Sebab 
sama seperti Bapa membangkitkan orang-orang 
mati dan menghidupkannya, demikian juga 
Anak menghidupkan barangsiapa yang 
dikehendaki-Nya. Bapa tidak menghakimi 
siapapun, melainkan telah menyerahkan 
penghakiman itu seluruhnya kepada Anak, 
supaya semua orang menghormati Anak sama 
seperti mereka menghormati Bapa. Barangsiapa 
tidak menghormati Anak, ia juga tidak 
menghormati Bapa, yang mengutus Dia. Aku 
berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa 
mendengar perkataan-Ku dan percaya kepada 
Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup 
yang kekal dan tidak turut dihukum, sebab ia 
sudah pindah dari dalam maut ke dalam 
hidup.” (Yohanes 5:18-24) 
Saat diadili, Dia bersaksi: “Tetapi Ia tetap diam 
dan tidak menjawab apa-apa. Imam Besar itu 
bertanya kepada-Nya sekali lagi, katanya: 
"Apakah Engkau Mesias, Anak dari Yang 
Terpuji?" Jawab Yesus: "Akulah Dia, dan kamu 
akan melihat Anak Manusia duduk di sebelah 
kanan Yang Mahakuasa dan datang di tengah- 
tengah awan-awan di langit."” (Markus 
14:61-62) 
Kesaksian dari Allah Bapa. 
Pada saat Yesus dibaptis, Allah bersaksi, 
"Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah 
Aku berkenan.” (Matius 3:17, lihat pula Lukas 
9:35). Kesaksian Allah adalah kebenaran: “Kita 
menerima kesaksian manusia, tetapi kesaksian 
Allah lebih kuat. Sebab demikianlah kesaksian 
yang diberikan Allah tentang Anak-Nya. 
Barangsiapa percaya kepada Anak Allah, ia 
mempunyai kesaksian itu di dalam dirinya; 
barangsiapa tidak percaya kepada Allah, ia 
membuat Dia menjadi pendusta, karena ia tidak 
percaya akan kesaksian yang diberikan Allah 
tentang Anak-Nya. Dan inilah kesaksian itu: 
Allah telah mengaruniakan hidup yang kekal 
kepada kita dan hidup itu ada di dalam Anak- 
Nya. Barangsiapa memiliki Anak, ia memiliki 
hidup; barangsiapa tidak memiliki Anak, ia 
tidak memiliki hidup. Semuanya itu kutuliskan 
kepada kamu, supaya kamu yang percaya 
kepada nama Anak Allah, tahu, bahwa kamu 
memiliki hidup yang kekal.” (1 Yohanes 5:9-13) 
Agama vs relasi 
Sekalipun umat manusia terdiri dari berbagai 
ras dan bangsa, berbagai bahasa dan agama, 
kita semua memiliki kebutuhan yang sama. 
Kebutuhan kita yang terbesar adalah: mengenal 
sang Pencipta kita secara pribadi. Jikaau 
pengetahuan akan Dia bergantung pada 
penyelidikan dan eksperimen manusia, maka 
sangat penting bagi kita untuk mendapatkan 
jawaban terhadap pertanyaan, “Kalau Allah itu 
esa, bagaimana Yesus bisa menjadi AnakNya?” 
Namun karena pengenalan akan Allah adalah 
bergantung pada penyataan diriNya, maka 
percaya pada penyataanNya sebagaimana yang 
ditemukan dalam FirmanNya, Alkitab, adalah 
lebih penting daripada menjawab pertanyaan 
kita yang paling sulit sekalipun. Dalam Alkitab, 
percaya bahwa penyataan diri Allah adalah 
benar dan menaati kebenaran itu disebut 
sebagai iman. 
Kita akan mati dengan banyak pertanyaan yang 
sulit yang tidak terjawab. Namun kita tidak 
boleh mati tanpa menanggapi secara pribadi 
janji keselamatan Allah melalui AnakNya. 
Sebelum Yesus datang ke dalam dunia ini 
dalam wujud manusia, Dia ada bersama-sama 
dengan Allah Bapa. Allah mengutus AnakNya 
untuk lahir dari seorang anak dara. Sebagai 
Allah dalam daging, Yesus hidup secara 
sempurna. 
Dia tidak pantas menanggung hukuman dosa: 
terpisah dari Allah melalui kematian. Namun 
dengan mati di salib dan bangkit dari antara 
orang mati, Dia membayar hukuman dosa dan 
menghancurkan dominasi dosa bagi mereka 
yang percaya kepadaNya. 
Allah memanggil orang-orang berdosa untuk 
berbalik dari jalan mereka sendiri dengan 
penyesalan dan iman kepada Yesus Kristus 
yang hidup. “Karena begitu besar kasih Allah 
akan dunia ini, sehingga Ia telah 
mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya 
setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak 
binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. 
Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam 
dunia bukan untuk menghakimi dunia, 
melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia. 
Barangsiapa percaya kepada-Nya, ia tidak akan 
dihukum; barangsiapa tidak percaya, ia telah 
berada di bawah hukuman, sebab ia tidak 
percaya dalam nama Anak Tunggal 
Allah.” (Yohanes 3:16-18) 
Percayalah pada Anak Allah hari ini, percayalah 
pada Yesus untuk menyelamatkan Anda dari 
hukuman dan kuasa dosa dan memberi Anda 
hidup kekal di surga